Lonjakan titik api di Sumatra mengakibatkan kualitas udara di Riau semakin buruk. Kabut asap yang telah menyelimuti hampir seluruh wilayah Riau menjadi kian pekat. JUMLAH titik api kebakaran hutan dan lahan kembali melonjak tajam. Akibatnya, kualitas udara sejumlah daerah di Riau terus memburuk atau berada pada posisi sangat tidak sehat.
Berdasarkan pantauan satelit terra yang dilansir dari http://www.weather.gov.sg, kemarin, terdeteksi 727 titik api pembakaran hutan dan lahan. Dari citra satelit terlihat sebaran titik terbanyak ada di sepanjang pesisir timur Sumatra meliputi Sumatra Selatan, Jambi, dan Riau.Selain itu, citra satelit memperlihatkan cakupan sebaran asap sesuai arah angin mengarah ke utara menuju Singapura dan Malaysia.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau Yulwiriati Moesa kepada Media Indonesia di Pekanbaru, kemarin, mengatakan lonjakan titik api di Sumatra mengakibatkan kualitas udara di Riau semakin buruk. Kabut asap yang telah menyelimuti hampir seluruh wi layah Riau dalam sebulan terakhir men jadi kian pekat.
“Saat ini kualitas udara di Kota Pekanbaru sudah tidak sehat. baru sudah tidak sehat.Adapun di wilayah lain sudah menjadi sangat tidak sehat,“ ungkap Yulwiriati.
Dia menjelaskan berdasarkan pengukuran Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di 12 wilayah, terpantau rata-rata udara di Riau sudah sangat tidak sehat. Seperti di Kota Pekanbaru, kualitas udara berada pada posisi 107 pollutant standard index (PSI).
Di Jambi, asap juga kian pekat. Angka l Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Jambi, kemarin, menurut catatan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jambi menembus 242 atau mendekati level berbahaya.
Dari Samarinda, Gubernur Kalimantan Timur Awang Farouk Ishak meminta Pemerintah kota/daerah untuk melakukan investigasi penyebab kebakaran lahan. Jika ditemukan bukti dan oknum yang melaku kan pembakaran agar segera dipidanakan.
Bahkan di Muara Kaman, berdasarkan informasi yang diterima, kebakaran terjadi di konsesi perkebunan sawit. Asap juga membuat penerbangan dari Kalimantan Utara ke Samarinda menga ami gangguan dan jumlah penumpang pun menurun hingga 30%, demikian diungkapkan Kepala Unit Avian Security, Bandara Temindung, Samarinda, Kusgianto. (RK/SL/SY/SS/N-2) Media Indonesia, 11/10/2014, hal : 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar