PADA penghujung Desember lalu, tepatnya pada 26 Desember 2015, digelar sebuah pertunjukan seni budaya Melayu dengan tema Muruah bumi Melayu di Gedung Kesenian Jakarta.
Acara itu bertujuan menghidupkan kembali kebudayaan Indonesia, khususnya budaya seni Melayu, melalui karya seni tari yang diciptakan seorang seniman legendaris Melayu yang akrab disapa Kak Wardi.
berdasarkan rilis yang diterima dari PT Djarum Foundation, pertunjukan seni tari itu juga merupakan persembah an dari para mantan murid Wardi yang ingin memberikan penghargaan tertinggi atas jasanya.
Wardi ialah seorang guru tari Melayu yang sangat mencintai seni tari dan mendedikasikan hidupnya hanya untuk mengajar dan berkarya demi lestarinya seni budaya Melayu. Di usianya yang lebih dari 70 tahun, pria kelahiran Bagansiapiapi itu hingga kini masih menanamkan ke di si plin an dan kecintaan anak-anak serta para remaja terhadap seni tari tradisional, khususnya tari Melayu.
Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Wardi tetap terus semangat mendidik siswanya di Sanggar Putih Melati, yang berada di daerah Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Selama karier keseniannya, banyak karya tari yang telah diaciptakan dan dipergelar kan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, seperti Si Tenggang, Putri Hijau, Patah Berbilah, serta Sungai Ular. Pertunjukan tari bertema Muruah bumi Melayu itu menampilkan perpaduan hasil karya anak didik Wardi yang menggabungkan tari dan musik Melayu, pantun, gurindam 12, dan juga peragaan adat perkawinan Melayu dengan durasi 120 menit yang didukung 75 orang dari anakanak hingga dewasa.
Tarian yang dipertunjukkan terdiri atas tarian legendaris Serampang Dua Belas, Mainang Pulau Kampai, Tanjung Katung, Zapin, dan taritari kreasi melayu lainnya.
Pertunjukan itu dapat terlaksana berkat dukungan dari tokoh seni tari Indonesia, seperti Tom Ibnur, yang merupakan sahabat baik Wardi, dan Djarum Foundation. (*/M-4) Media Indonesia, 17 Januari 2016, Halaman 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar