UNTUK kedua kalinya, Mitsubishi Outlander PHEV berpartisipasi dalam Asia Cross Country Rally (ACCR). Di tahun keduanya pula, sport utility vehicle (SUV) itu menjadi satu-satunya mobil berteknologi hibrida yang bergumul di reli yang menempuh jarak 2.200 km dari Pattaya, Thailand, hingga Phnom Pehn, Kamboja. Mitsubishi ingin menguji, mengembangkan, dan mengumandangkan keandalan teknologi plug-in hybrid yang terdapat pada Outlander PHEV melalui reli yang telah berlangsung sejak 1996 tersebut.
“Reli ini menjadi kesempatan bagus bagi kami untuk mengembangkan, juga mempromosikan performa dan teknologi PHEV. Hanya kamilah mobil hibrida yang berpartisipasi di ajang ini,” ungkap Technology Policy Planning Department Mitsubishi Motors Corporation (MMC) Yasuo Tanaka kepada wartawan Media Indonesia Insan Akbar Krisnamusi, Sabtu pekan lalu di Pattaya, Thailand.
Di ACCR 2014, MMC kembali menurunkan Outlander PHEV untuk bertarung dengan puluhan mobil di kelas T1 dengan menjadi sponsor tim Two and Four Motorsport. Reli lintas negara itu berlangsung pada 8-15 Agustus. Outlander PHEV sendiri merupakan SUV berteknologi plug-in hybrid pertama di dunia. Dapur pacu SUV berpenggerak empat roda itu mengom binasikan mesin bensin 2,0 L MIVEC plus motor listrik ‘warisan’ Mitsubishi i-MieV.
Saat sedang aktif digunakan berkendara, baterai ion-lithium 12 Kwh Outlander PHEV dapat terisi kembali secara otomatis dengan memanfaatkan arus listrik dari mesin konvensional maupun dari konversi energi kinetik. Di samping itu, baterainya dapat pula diisi secara mudah dengan mencoloknya di sumber listrik 15 ampere di rumah. Hingga kecepatan 55 km/jam, tenaga Outlander PHEV sepenuhnya datang dari baterai listrik. Tidak mengherankan jika Mitsubishi mengklaim efi siensi konsumsi bahan bakar bisa mencapai hingga 1,9 liter/100 km.
Pereli Nasional Rifat Sungkar mengatakan mobil listrik memang sudah mulai ‘berbicara’ melalui berbagai pagelaran balap kesohor dunia. “Di Le Mans dan Pikes Peak sudah ada mobil listrik,” ujar Rifat yang juga Duta Mobil Penumpang Mitsubishi Indonesia. ACCR tahun lalu, terdapat beberapa perubahan yang dilakukan pada Outlander PHEV. Akan tetapi, pihaknya tidak mengutak-atik spesifi kasi standar di dapur pacu karena menurutnya performa SUV hibrida itu aslinya memang sudah ciamik.
Modifikasi yang dilakukan Two and Four Motorsports dan tim teknis MMC, menurut Kenji, berfokus di aspek pengurangan bobot, penambahan ground clearance, dan penguatan kakikaki. Di luar itu, dilakukan penyetelan agar baterai listriknya terus dapat terisi penuh. “Mobil ini (Outlander PHEV) sudah cepat. Karena itu, kami cuma menambahkan tingginya 8 cm. Tahun ini kami juga membuatnya lebih ringan 100 kg ketimbang tahun lalu,” papar Ishida yang sehari-hari juga menggunakan Outlander PHEV di Jepang.
“Saya menggunakannya untuk pergi bekerja dengan jarak tempuh ratarata 25 km per hari. Hingga kecepatan 80 km/jam mobil ini sangat luar biasa. Efisien pula,” sambungnya sedikit menceritakan pengalamannya berkendara dengan Outlander PHEV. “Untuk mengurangi bobot, material kap depan dan tail gate diganti dengan fiberglass. Kacanya juga,” timpal Tanaka.
Perbedaan lainnya jika dibandingkan dengan versi standar, tutup Tanaka, ialah beberapa fi tur untuk memenuhi regulasi keamanan reli seperti roll cage, pelat di bawah body skid, dan kill switch. Terkait kemungkinan menerjunkan Outlander PHEV ke Indonesia, Kepala Departemen Hubungan Masyarakat PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors Intan Vidiasari menyebut tantangannya cukup berat mengingat teknologi plug-in hybrid belum begitu populer di Tanah Air. “Ditambah lagi dengan pajak yang tinggi, KTB masih menimang dan memperhitungkan segalanya,” jelasnya. (S-2) - Media Indonesia, 14 Agustus 2014, Halaman 23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar