SATUAN Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) berencana menggunakan jasa 35 pelatih asing dalam pemusatan latihan nasional (pelatnas) SEA Games 2015 Singapura. Upaya itu dilakukan untuk mendongkrak performa atlet Indonesia yang dinilai sudah mulai tertinggal dari negara Asia Tenggara lainnya.
Kepala Bagian Monitoring dan Evaluasi Satlak Prima Paulus Pasurney mengungkapkan sejumlah cabang olahraga sangat memerlukan sentuhan pelatih asing. Salah satunya senam yang sudah lama tidak melahirkan atlet potensial.
“Lihat Malaysia, Singapura, dan Thailand, mereka maju pesat, terutama dari segi teknik atletnya. Ini menunjukkan kualitas pelatihnya. Mereka semua menggunakan pelatih a sing untuk melatih para atlet senamnya,“ kata Paulus saat ditemui di kompleks Kementerian Pemuda dan Olahraga, kemarin .
Pelatih asing bagi Paulus merupakan keniscayaan untuk meningkatkan prestasi olahraga Indonesia. Ia mencontohkan saat juara umum Olimpiade 2008, pemerintah Tiongkok memfasilitasi cabang olahraga dengan mendatangkan lebih dari 400-an pelatih asing. “Namun, itu butuh biaya tidak sedikit,“ jelasnya.
Di sisi lain, terkait dengan mutasi atlet menjelang PON 2016 Jawa Barat, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) berencana merevisi aturan tentang hal tersebut. Menurut Wakil Ketua Umum KONI Suwarno, revisi itu akan dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah soal kepindahan atlet.
“Di PON Riau, banyak yang ribut-ribut. Karena itu, kami akan menata kembali aturan ataupun norma yang diberlakukan terkait dengan perpindahan atlet ini,“ kata dia.
Selama ini aturan perpindahan atlet terkait dengan PON tertuang dalam Surat Keputusan (SK) No 56 Tahun 2010. Aturan itu menggariskan atlet harus mengajukan mutasi secara tertulis ke komite olahraga kabupaten/kota, induk organisasi olahraga provinsi, serta komite olahraga provinsi paling lambat dua tahun sebelum pelaksanaan PON. (Gnr/Mag/R-2) Media Indonesia, 11/11/2014, halaman 26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar